welcome to my blog

Sabtu, 26 Januari 2013

Problematika Guru


A.  PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai guru selalu menarik, karena ia adalah kunci pendidikan. Artinya jika guru sukses, maka kemungkinan besar murid-muridnya akan sukses. Guru adalah figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-citanya di masa depan.[1]
Terlepas dari hal itu, guru juga memiliki berbagai problematika atau masalah. Masalah guru senantiasa mendapat perhatian, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat pada umumnya dan oleh ahli pendidikan khususnya. Pemerintah memandang bahwa seorang guru merupakan media yang sangat penting artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. Guru mengemban tugas-tugas
sosio kultural yang berfungsi mempersiapkan generasi muda, sesuai dengan cita-cita bangsa. Demikian pula masalah guru di negara kita dapat dikatakan mendapat titik sentral dalam dunia pensdidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Dalam GBHN, masalah guru mendapat prioritas dalam perencanaan sehubungan dengan persoalan-persoalan mutu dan relevansi dengan perluasan belajar.
Menurut Beeby dalam bukunya Oemar hamalik, masalah guru adalah masalah yang penting. Penting oleh sebab mutu guru turut mmenentukan mutu pendidikan. Sedangkan mutu pendidikan akan menentukan mutu generasi muda, sebagai calon warga negara dan warga masyarakat. Masalah mutu guru sangat bergantung kepada sistem pendidikan guru. Sebagaimana halnya mutu pendidikan pada umumnya, maka mutu pendidikan guru harus ditinjau dari dua kriteria pokok, yakni kriteria produk jug kriteria proses.
Produk pendidikan guru ditentukan oleh tujuan pendidikan guru yang hendak dicapai, baik tujuan intrinsik maupun tujuan ekstrinsik. Tujuan intrinsik merupakan tujuan-tujuan yang didasarkan pada sistem nilai dan kultural masyarakat. Di negara kita, falsafah pancasila dan UUD 1945 yang dituangkan da;am GBHN, dimana pendidikan guru merupakan bagian integral di dalamnya. Sedangkan tujuan ekstrinsik, mempersoalkan tujuan pendidikan, apakah sesuai dengan tuntutan lapangan kerja dan masyarakat. Secara spesifik, apakah pendidikan guru telah relevan dengan tuntutan kerja di sekolah tempat ia bertugas.
Kriteria melihat proses pendidikan guru dari sudut penyelenggaraan pendidikan, antara lain mermperbincangkan masalah kurikulum, alat, media, dan peranan guru yang bertugas dalam lembaga pendidikan guru. Tentu saja kurikulum dan berbagai komponen lainnya yang menunjang proses pendidikan guru, semuanya dibina dan direncanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai. Jadi, jelas antara kriteria produk dan kriteria proses harus sejalan.[2]

B.  PERMASALAHAN
1.      Apa saja problematika yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran?
2.      Bagaimana solusi untuk menyelesaikan problematika tersebut?
C.  PEMBAHASAN
1.      Problematika yang dihadapi Guru.
Masalah yang dialami oleh guru bisa diklasifikasikan berdasarkan tingkatannya sehingga ada masalah pada tataran makro, meso, dan masalah pada tataran mikro. Masalah pada tataran makro, agak sulit untuk ditangani oleh guru secara langsung. Hal ini harus ditangani secara bersama-sama dengan pihak terkait baik itu atasan guru (kepala sekolah) maupun pihak dinas pendidikan dan pihak komite sekolah. Demikian juga halnya dengan masalah pada tataran meso. Masalah-masalah pada kategori ini juga memerlukan bantuan pihak luar seperti masyarakat atau orang tua siswa. Masalah pada tataran mikro adalah masalah yang dialami guru secara langsung pada saat melaksanakan pembelajaran di dalam kelas.
Masalah yang dialami oleh guru cukup kompleks karena masalah guru terjadi pada semua tahapan pembelajaran, yaitu ada pada tahapan perencanaan, pelaksanaan proses pembelajaran maupun dalam tahap melakukan evaluasi.
a.    Pada tahapan perencanaan
Pada tahapan perencanaan guru mengakui bahwa mereka mengalami masalah dalam mengaitkan  standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan asesmen.
b.    Pada tahapan pelaksanaan
Pada tahapan pelaksanaan, guru menyadari bahwa mereka banyak mengalami masalah terutama dalam mengelola kelas untuk jumlah siswa yang banyak dan menghadapi siswa yang heterogen. Guru juga mengakui bahwa mereka kurang kreatif sehingga banyak di antara mereka kurang terampil untuk mengatur strategi pembelajaran secara berkelompok, serta merasa tidak memahami berbagai strategi pembelajaran yang inovatif yang bisa digunakan untuk memvariasikan strategi pembelajaran di dalam kelas.
c.    Pada tahapan evaluasi
Masalah lain yang juga dirasakan guru adalah dalam melakukan asesmen. Guru tidak mengetahui berbagai teknik dan bentuk asesmen yang bisa dipakai di dalam kelas. Demikian juga halnya dengan cara atau teknik asesmen yang dipakai untuk mengukur semua domain (kognitif, psikomotor maupun afektif). Guru tidak mengetahui jenis tes apa yang biasanya digunakan dalam pembelajaran.[3]
Menurut Chandler dan Petty, yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto, bahwa masalah-masalah yang dihadapi guru pada umumnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
·         Kebutuhan akan perumahan atau tempat tinggal yang sesuai atau wajar bagi seorang guru.
·         Memperoleh perkenalan dengan personel sekolah (guru-guru dan pegawai).
·         Memperoleh pengertian tentang sistem dan tujuan sekolah.
·         Mengerti tentang peraturan-peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah itu.
·         Mengerti dan dapat mengenal masyarakat serta lingkungan sekitar.
·         Mengenal organisasi-organisasi professional dan etika jabatan, dan
·         Masalah-masalah penting lainnya yang berhubungan langsung dengan tugas pekerjaannya sebagai guru di sekolah itu.
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah professional adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang kompleks. Guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas untuk mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan anak didik dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama dan yang paling sulit dilakukan guru adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan konsisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Yang termasuk ke dalam hal ini adalah misalnya penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas nak didik, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses interaksi edukatif yang efektif.
Adapun tujuan keterampilan mengelola kelas adalah sebagai berikut :
·      Untuk anak didik:
a.       Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b.      Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
c.       Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada kegiatan yang diadakan.
·      Untuk Guru:
a.       Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
b.      Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik.
c.       Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku anak didik yang mengganggu.
d.      Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat dipergunakan dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di dalam kelas.
Mutu pendidikan adalah persoalan mikro di sekolah, bahkan perorangan. Mutu hanya terwujud jika proses pendidikan di sekolah benar-benar menjadikan siswa belajar dan belajar sebanyak mungkin. Mutu penidikan harus dilihat dari meningkatnya kemampuan belajar siswa secara mandiri. Pengetahuan apapun yang mereka kuasai adalah hasil belajar yang mereka lakukan sendiri.[4]
2.      Solusi untuk menyelesaikan problematika
.
D.  ANALISA
E.   SIMPULAN

REFERENSI


[1] Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, Jogjakarta, DIVA Press, 2010, hlm. 17
[2] Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2004, hlm. 19
[3] Dikutip dari Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007 (diunduh tanggal 12 November 2011)
[4] http://www.scribd.com/doc/11710095/Makalah-Problematika-Guru-Di-Sekolah

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Problematika Guru"

Posting Komentar